Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Sajak Hujan

Mewangi tetes air bumi membasahi tanahnya Tempatnya pulang setelah bertahan dalam kabut kelabu Mengalun gemericik air langit menyentuh pelataranku Mengumandangkan senandung yang lama tak terdengar olehku Akan aku rapalkan bait demi bait sajak hujan teruntuk dirimu setiap kau mau Agar semakin tenang nafasmu menerjang badai yang tak kunjung usai menghantam kemalut pikiran jiwamu Duduk dulu, bernafaslah sejenak Tanda kebesaran Tuhan sedang menyapamu di balik kaca angkasa aksarasaku

Terima Kasih ke-Sekian

Lihat ini, kutuliskan sebuah penghargaan untukmu di sela-sela waktuku menyelesaikan tugas dunia Kusampaikan padamu dengan begitu tulus rasa terima kasih Terima kasih atas segala caramu mengajariku berjuang dan merelakan kepergian Caramu meninggalkan dan caramu menyisakan harapan yang belum sempat tersampaikan Segalanya mampu membuatku tetap berdiri kokoh di sini Mampu membuatku mengulurkan tangan untuk hati-hati yang juga sama patahnya Mampu membuatku menarik dan memeluk jiwa-jiwa yang sama remuknya Caramu meminta maaf mengajarkanku untuk mampu menguatkan mereka agar membuka hati seluas-luasnya dan membiarkan segala luka hati itu mengering dengan sendirinya Tidak ditutup atau bahkan dicengkeram lebih erat Caramu berbahagia setelah tanpa aku pun juga mengajarkanku untuk selalu hidup dan menyadari bahwa segala yang Tuhan titipkan lewat dirimu begitu memesona Segala tentang kepergianmu menyadarkanku bahwa rasa ingin menjaga seseorang tidak selamanya harus memiliki dan bersanding...

Bukan, Bukan Begitu

Aku pernah begitu menggebu bermimpi mendatangi tempat yang konon katanya sangat mudah menggoreskan sejarah itu Bermimpi untuk mendatanginya bersama orang yang benar-benar aku inginkan Saat Tuhan mengabulkannya, aku benar-benar merasa sejarah itu seperti sangat dekat denganku Terasa begitu nyata di depan mata Aku seketika mematung, memandangi barang-barang bersejarah di hadapanku Disimpan dan diabadikan sebagai sesuatu yang bersejarah, mutlak untuk dikenang Apakah kisah tentang dirimu akan berakhir seperti barang-barang itu? Disimpan dan dibungkus rapih untuk menjadi salah satu tonggak keikhlasan dalam sejarahku Mutlak untuk dihormati Sebagai sosok yang berjasa dalam proses pendewasaanku Kau masih terlalu baik untuk disebut sebagai pematah angan-angan Meski banyak manusia yang pada akhirnya menepuk pundakku seraya menenangkanku dengan segala bentuk kesalahan yang kau perbuat Tidak, tidak begitu Aku masih percaya, kau bukanlah yang meretakkan hatiku Akulah pe...

Melirih, Pudar, dan Tak Tergapai Lagi

Mungkin saja langkahku semakin lirih, tak terdengar lagi olehmu Yang tertinggal hanyalah jejak-jejak yang dulu pernah menemanimu menapak di setiap sudut bumi Mungkin saja tawaku semakin sunyi, tak menghiasi lagi angan-angan yang dulu pernah kau ciptakan saat senja menyapamu di sore hari Mungkin ada banyak hal yang tiba-tiba pudar, semakin lama semakin tak tergapai lagi olehmu Bukan apa-apa, Alam sedang menuruti apa kata Sang Penciptanya Diperintahkannya mengeraskan debur ombak, menghidupkan pelangi menjelang senja, menggelegarkan petir di kala hujan, dan juga meniupkan angin-angin kesejukan di setiap kepasrahan diri Hanya agar rekam suara dan bayanganku tak lagi menghalangimu untuk kembali melangkah Hanya agar kau bisa benar-benar menikmati alam seperti yang kuceritakan padamu malam itu Aku takkan pernah khawatir, karena alam akan berkonspirasi lagi, nanti pada waktunya. aksarasaku

Aku Sudah Berbahagia

Pada lembar-lembar kosong aku tak tahu lagi akan menulis apa Semenjak kepergianmu sore itu, aku hilang arah untuk  menuliskan segala rasa Bahkan untuk menuliskan segala macam rasa marah dan kecewa yang seharusnya memenuhi isi semesta bernama nurani ini aku tak  mampu Aku mencari, di mana letak sedih dan kecewaku Apa sebegitu mudahnya hilang tak kurasa? Atau mungkin aku yang tak mampu lagi merasa itu untukmu? Sepertinya aku telah benar-benar berhasil perlahan menggantikan segala rasa untukmu itu dengan kedamaian Kedamaian atas bebasnya rasa berharap, kedamaian atas hilangnya janji setia, kedamaian atas hilangnya makna menjaga Semua telah hilang berganti dengan rasa damai di dalam hati Aku telah berdamai dengan hati Tak lagi merasa sakit ketika membaca sajak cintanya untukmu Tak lagi merasa marah ketika mendapatimu bersamanya Aku telah berdamai dengan hati Telah benar-benar merasa damai Selamat berbahagia Aku pun juga sudah berbahagia aksarasaku

Teruntuk Dua Tahun Perjuangan

Sebagai awal dari kata-kataku, kuucapkan selamat untuk dua tahun bersama El-Classix. Selamat telah berjuang bersama, saling menerima segala keluh kesah. Aku tahu semua yang kita alami adalah hal yang tidak mudah untuk dihadapi bagi siswa seumuran kita. Di sini ingin aku ceritakan segala bentuk pernyataan yang dulunya aku sembunyikan dari kalian. Aku masuk ke Sampoerna Academy bukan tanpa alasan. Berbagai macam pertimbangan didiskusikan sedemikian rupa. Bukan apa-apa, faktanya aku telah menempuh satu tahun SMA Negeri di daerah asalku. Aku sudah menemukan kenyamanan di sana. Menemukan banyak sekali teman, kehidupan kos yang kukira sudah sangat hebat sebagai pencapaianku di umur yang belum menginjak 17 tahun. Hingga pada akhirnya aku harus pindah dan mengulang kelas satu SMA ku di Sampoerna. Aku harus rela berpisah dengan teman-teman yang membuatku nyaman dan kuat berada di sana. Setelah aku melihat profil tentang Sampoerna, harapanku sudah melambung tinggi. Sekolah asrama pastilah me...

Bintang

Aku tengah ada di dalam malam-malam syahdu tak berujung Menanti hadirnya gemerlap bintang yang dulu sempat terpancar jelas dari kedua sudut matamu Bintang yang hanya bisa dinikmati oleh tatapan ketulusan juga penantian Bintang yang dulunya mampu menghilangkan segala rasa keresahan juga keputusasaan Namun nyatanya, kini bintang itu tak lagi terpancar untukku Aku tak lagi menemukan aku ada dalam sinar-sinar bahagiamu Aku tak lagi menemukan aku ada dalam sinar-sinar harapanmu Aku pernah menjadi yang paling terang, hingga pada akhirnya kau tak mampu melihat cahayaku dalam keterangan itu Aku pernah menjadi yang paling merdu, hingga pada akhirnya kau tak mampu mendengar melodiku dalam kemerduan itu Kau boleh menertawakan diriku yang masih saja terjebak dalam angan-angan tentangmu atau bahkan kau benar-benar tak peduli akan hadirku Kau boleh melakukan segalanya Asal kau tahu, Kemanapun kau memandang, aku masih menjadi matamu Kemanapun kau berlari, aku masih menjadi kakimu Keman...

Jangan Ragu

Ada yang merindu begitu dalam hingga pada tengah malamnya masih saja meratapi dalam dalam Ada yang menyangsikan rasanya sendiri hingga pada tengah malamnya masih saja menerka apa yang ada di dalam diam Meragukan rasa tak pernah semudah jatuh hati pada pertama kali Meragukan tak pernah sesederhana itu Ada yang berpikir tentang apa yang harus dilakukannya untuk memperjelas arti dari hati Lantas memikirkan apa yang akan terjadi pada diri jika tak dipikirkan dengan hati-hati Terkadang untuk menyampaikan rasa adalah hal tersulit, dipaksa bungkam oleh ketakutan dan keragu-raguan Ingin menyuarakan namun takut dihiraukan, apalagi sampai ditepiskan Lalu harus apa? Berpura-pura lagi? Seolah tak ada rasa apa-apa namun harus bergaya biasa-biasa saja Mungkin usaha untuk menyuarakan rasa dijawab oleh tanda-tanda penolakan oleh kata-kata Lalu tiba-tiba harapan sekarat hampir mati padahal tanda-tanda penolakan hanyalah cara untuk melindungi harga diri agar tak terkesan terlalu bahagia atas s...

Delapan Belas Tahun

Aku ingin mengutarakan kali ini, bukan lagi bercerita. Di hari ini, tepat delapan belas tahun saat di mana mamaku memperjuangkan atas kelahiranku ke dunia. Memperjuangkan sekuat dan semampunya agar bisa melihat wajah mungilku, agar bisa mendengar tangisku, agar bisa memeluk ragaku. Tepat di hari itu, keluargaku berbahagia atas hadirnya aku sebagai cucu pertama. Semua menyayangiku, merawat dengan penuh ketulusan meski dokter waktu itu berkata aku tidak normal. Namun, keluargaku membuktikan bahwa aku bisa tumbuh normal, seperti anak-anak yang lain.  Dan inilah aku sekarang. Memperingati hari di mana mamaku menjerit kesakitan, ayahku mondar-mandir mencari darah, kakek nenekku dan seluruh keluargaku berdoa tak henti untuk kelahiranku. Di sini, aku memperingati hari bahagia di kota orang. Jauh dari keluarga, tak bisa memeluk mereka untuk sekedar mengucapkan, "Mah, Yah, terima kasih atas delapan belas tahun ini. Terima kasih telah menemaniku selama ini. Terima kasih telah mendukun...

Pertama Kali - Suar Aksara

Hal tersulit dari mencintai adalah merelakannya Terutama memulai kembali setelah membereskan yang lama Begitulah kemudian aku membuka kembali ruang yang pernah kau isi dengan udara yagn berganti Lepas dari kota itu, Mataku mencoba membidik ruang lebih dalam Barangkali kutemukan sisa namaku yang pernah kau panggil dengan perasaan, yang kemudian kau lupakan tanpa sekalipun perayaan Lepas dari peluk itu, Lenganku mencoba meraih hangat lebih erat Barangkali kutemukan beku ragamu yang pernah kudekap dengan belaian, yang kemudian kau tepis tanpa sekalipun pertimbangan Lepas dari senyum itu, Langkahku mencoba merangkum jarak lebih banyak Barangkali kutemukan irama kakimu yang pernah kutemani memijak bumi, yang kemudian kau hanguskan bagai api membakar jerami Maka izinkan aku untuk pertama kali menatap langit tanpa membayangkan wajahmu, Menghirup udara tanpa menyertakan napasmu, Memanggil deru ombak tanpa meneriakkan namamu Melihat senja tanpa melibatkanmu seperti yang kau mi...

Teruntuk Hati yang Lain

Dan teruntuk hati yang lain, selamat. Kau telah abadi dalam bait-bait aksara rasaku. Selamat, kau telah abadi bersama bunga-bunga di dalam taman hatiku; yang perlahan gugur satu demi satu, namun masih saja mengharumi di setiap sudut ruang hatiku. Meski kau lihat diriku berjuang melupakan Meski kau lihat diriku berjuang menghilangkan Meski kau lihat diriku berjuang meninggalkan Sama sekali tidak, Meski kusebutkan nama manusia lain di depanmu Lantas kuakui ketertarikan itu di depanmu Sama sekali tidak, Kau masih saja abadi di sana Di dalam relung hati yang seringkali disebut Oleh manusia-manusia yang sedang kasmaran Maaf, Jika terkesan diriku tak berjuang untuk tinggal bersama dirimu Jika terkesan diriku lelah untuk menyimpan namamu dalam aksaraku Jika terkesan dia bisa menggantikan posisimu Oh, tidak. Aku menyamar seakan mengabaikan Namun sama sekali tidak Bagaimana bisa semudah itu melupakan Menggantikan Bahkan untuk mencari pengganti saja aku tak mampu Tidak...

Teruntuk Hatiku

Selamat pagi, Hatiku. Ya, teruntuk kamu yang melewati malam harinya untuk bersuara menjadi hatiku. Kau tahu betul bagaimana rasa itu menyeruak dalam kalbuku. Jauh dari kata nyaman dan aman. Kau tahu bagaimana rasa itu menusuk perlahan di setiap malam hariku. Aku yang selalu berikrar menjadi taman hati bagi mereka yang sedang tertatih selalu mengira bahwa jika tiba saatnya hatiku yang patah, maka tak ada lagi yang mampu menjelma menjadi taman itu. Namun prasangkaku salah. Kau menjelma. Menyampaikan jeritan di setiap malam hariku yang tak sempat kututurkan dalam batas-batas sajakku. Bukan tak berani atau tak enak hati. Hanya saja aksaraku tak lagi mampu menggambarkannya dengan nyata dan jelas. Rasa ini hanya mampu dirasa. Sebuah harapan yang perlahan tanggal di setiap harinya, namun tetap dipaksa tinggal di setiap saatnya. Bagaimana bisa aku menggambarkan perasaan seperti itu? Rasa itu kupendam, semakin nyaring saat tak ada lagi yang peduli. Sekalinya peduli menuduhku berlebihan. Hei...

Takkan Terganti

Telah lama sendiri dalam langkah sepi Tak pernah kukira bahwa akhirnya tiada dirimu di sisiku Meski waktu datang dan berlalu hingga kau tiada bertahan Semua takkan mampu mengubahku Hanyalah kau yang ada di relungku Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta Kau bukan hanya sekedar indah Kau tak akan terganti Khtn - Takkan Terganti --- Terkadang aku menertawakan diriku sendiri Bagaimana bisa lagu yang awalnya hanya menjadi hadiah malam untuknya saat itu malah menjadi bumerang bagi diriku sendiri. Malah menjadi kisahku sendiri. Ah sudahlah. aksarasaku

Tentang Rindu

Pagi telah pergi Mentari tak bersinar lagi Entah sampai kapan kumenginat tentang dirimu Kuhanya diam, menggenggam menahan segala kerinduan Memanggil namamu di setiap malam Ingin engkau datang dan hadir di mimpiku Rindu.. Dan waktu kan menjawab Pertemuanku dan dirimu Hingga sampai kini aku masih ada di sini Kuhanya diam menggenggam menahan segala kerinduan Memanggil namamu di setiap malam Ingin engkau datang dan hadir di mimpiku Rindu.. Dan bayangmu akan selalu bersandar di hatiku janji kupastikan pula bersamamu Vrzh - Tentang Rindu

Menghargai Doa

Tersadar ketika kita telah mendapatkan kemenangan atas apa yang selama ini kita dambakan dan bagaimana perjuangan serta pengorbanan yang telah kita lakukan untuk sesuatu berharga itu. Di situlah keberhasilan terasa berharga. Sesuatu yang diperjuangkan bertahun-tahun, jatuh bangun, gagal, mencoba lagi, dan begitu seterusnya hingga pada akhirnya keberhasilan memeluk, menenangkan diri. Berasal dari doa-doa dan janji pada Sang Kuasa, “Tuhan, jika memang sesuatu itu baik dan mendekatkan diri padaMu, kumohon kabulkanlah doa-doaku ini, aku berjanji tak akan berbuat dosa-dosa yang telah sengaja lama aku kerjakan.” Begitulah, cara merayu Tuhan agar apa yang kita damba segera datang dan kita dapatkan. Namun, sayang sekali. Ketika sesuatu berharga itu datang, janji-janji itu terlupakan, seakan tak pernah ingat jika pernah berdoa merayu Sang Pemilik Hidup. Kala sesuatu itu datang, bahagia sudah jiwa ini. Sesuatu yang telah bertahun-tahun diperjuangkan. Namun masih saja, namanya juga manusia...

Integritas

Bicara soal integritas mungkin tidak semua orang fokus pada hal ini. Banyak sekali sekolah atau lembaga yang memiliki visi misi dengan mencantumkan kalimat mengedepankan integritas dan lain-lain. Namun hal itu tidak pernah menjadi sesuatu yang serius untuk ditindaklanjuti. Bicara fakta, saya memiliki banyak sekali bukti konkrit. Salah satunya pada sekolah-sekolah saya sebelumnya. Perihal mencontek tidak pernah menjadi hal yang serius untuk disikapi. Mungkin hanya berupa teguran di dalam kelas atau paling parah dengan dimarahi atau kertas ujian diambil secara paksa oleh pengawas. Namun tidak dengan sekolahku saat ini, Sampoerna Academy Boarding School , yang sangat mengedepankan integritas. Seakan hal itu menjadi perkara wajib yang harus dimiliki oleh setiap siswanya. Malam ini contohnya, kami satu angkatan dikumpulkan di aula besar. Lalu tiga guru matematika berdiri di depan kami. Mereka membicarakan tentang integritas kami yang kata mereka gagal dibentuk hanya karena kami berdiskusi k...

Hanya Berbagi

Kau sedang merasakan apa yang pernah ia rasakan dulu, saat aku hendak pergi meninggalkan dia yang baru saja memberi rasa nyaman padaku. Ia takut, namun hanya mampu ikut. Ikut dalam perjalanan cerita yang diberikanNya. Hingga pada akhirnya ia menyerah. Enggan menyampaikan padaku, namun aku peka semua itu. Aku tahu, ia sedang tak nyaman dengan semua jarak yang kuperbuat di antara kami. Namun apalah dayaku, hanya mampu berkata, "Kita tak seharusnya seperti ini." Bahkan ia menyetujuinya dan berakhir sunyi di antara kami. Namun dalam kesunyian itu, doa-doaku semakin nyaring saat tengah merindu. Kau tahu begitu campur aduk perasaanku? Sesak karena merasa ada yang hilang, namun bahagia karena aku masih bisa merasakan nikmatnya merindu. Saranku, lepaskanlah semua rasa harapmu, rasa cemasmu, rasa penasaranmu. Cobalah untuk menikmati apa yang terjadi. Karena semakin kau berharap, semakin sakit pula luka itu bersemayam dalam kalbu. Tak usah berpura-pura baik-baik saja. Aku pernah merasa...

Tuhan Menjawab

Tuhan mengizinkanmu hadir. Mengisi nyawa-nyawa yang telah mati ditenggelamkan senja berjarak. Lantas Tuhan mengizinkanmu kembali. Menghidupkan lagu-lagu tawa yang sempat sumbang dipatahkan melodi lara. Tuhan menjawab anganku, doa-doaku. Lewat harapan-harapan kebaikan yang kulangitkan di setiap sujudku. Tentang kamu, masa depanmu, masa depanku, masing-masing. Dan Tuhan belum menjawab di mana akhir perjalanan itu. Tapi setidaknya, Tuhan memberi titik terang, bahwa ini bukanlah akhir, bahwa ini adalah titik juang yang takkan pernah berakhir. aksarasaku

Antara Jejak dan Sajak

Gambar
Aku selalu bahagia berjumpa ombak Bercengkrama sambil mengenang kisah lama Aku selalu bahagia merayu ombak Berlayar sambil merindukan saat bersama Aku selalu bahagia berteman ombak Menyelami dan merasa panas dingin di saat yang sama Aku selalu bahagia hingga lupa ‘tuk beranjak pergi Seperti kisah ini, Masih manis dan masih indah untuk bersajak Namun sayang, Ombak tak mampu menanggalkan jejak-jejak kakimu di sini Karena ketika kau beranjak pergi, senja pun menjelma sepi (Jakarta, 2018)

Aku Pamit

Keretaku beranjak pergi dari kampung halaman Begitu juga rasaku, harus beranjak pula dari zona nyaman Meski tanpa kata selamat jalan darimu aku masih aman Meski tanpa lambaian tangan darimu aku masih nyaman Meski tanpa adanya dirimu bertahan Aku tetap harus beranjak Seperti engkau yang telah meninggalkan jejak Karena aku harus pamit kali ini Meski hadirnya dirimu tak akan pernah bisa terganti (Jombang, 2018)

Kemenangan

Kepulanganku kali ini ternyata tidak sendu. Hanya saja sedikit menyisakan haru. Pada apa-apa yang dirindu akhirnya melangkah di jalan baru. Semuanya. Hidupku semakin maju. Ayo, jangan biarkan diri kita tetap di sini. Hanya karena titipan yang sempat terhenti, lalu langkah tak lagi berarti. Ayo kita mencari lagi. Jalan untuk kembali, jalan untuk meraih. Apa-apa yang sudah disiapkan Sang Pemilih. Kemenangan tidak selamanya dengan mendapat apa yang kita minta. Kemenangan adalah merasakan bahagia dan syukur yang tiada terkira atas pemberian Sang Pemurah. Kemenangan adalah menciptakan senyum di wajah orang lain. Kemenangan adalah melukiskan kisah terbaik di hati orang lain. Mampukah? Kuyakin kita pasti mampu. Mari berbahagia. Mari menuju kemenangan. Maaf atas segala khilaf yang sempat terlintas. Semoga selalu menjadi pribadi baru yang melangkah di jalan keikhlasan. Selamat meraih kemenangan. (Jombang, 2018)

Keputusan Terindah

Telah kuputuskan malam ini, untuk hatiku berhenti menggali. Rasa yang sempat hadir, rasa yang masih tersaji, dan belum sempat berakhir. Bukan maksudku mengakhirinya. Bukan maksudku menjadikan sajak ini sebagai rumah terakhirmu. Namun, aku harus memutuskan. Untuk sejenak berhenti beraksara tentangmu. Ada wanita lain yang akan lebih dariku. Mungkin kamu berpindah lebih cepat dariku. Namun tak bisa dipungkiri, waktu dan ruang akan terus berjalan tanpa kita tahu maksudnya. Kita ikut di dalamnya. Dan kau, sedang dalam alurnya. Berpindah bukan berarti kau meninggalkan. Aku tahu kau tahu bahwa namamu akan tetap selalu ada dalam sajakku. Tapi kali ini, kau akan sukar menerkanya. Aku akan menyimpan semuanya. Menjadikannya sebagai kisah yang akan selalu indah untuk dikenang. Mari melangkah, beranjak, dan berproses. Terima kasih sudah mengajarkan berbagai hal dalam hidupku. Salam untuk dirinya, sampaikan terima kasih dan maaf juga dariku. Mari melangkah lagi, mari bertemu lagi. Jombang, 2018 Se...

Sebuah Pesan

Aku melihat begitu besarnya harapan yang terpahat nyata di sudut aksaramu. Tidak ada yang berbeda antara aku dan kamu. Sama-sama berharap. Mungkin hanya ada di waktu. Dulu aku yang berani mengucap harapan. Sedang sekarang, adalah dirimu. Begitu istimewanya dia. Hingga harapan menyapanya bertubi, dari aku lalu kamu. Kau beruntung. Bisa bercerita banyak padanya;sekarang. Karena dulu, akulah yang paling semangat mengukir alur hidupku bersamanya. Karena dulu, akulah orang yang selalu mengganggu malamnya hanya untuk menceritakan kejadian sore hari. Ah, aku jadi rindu. Bersyukurlah, ia pendengar yang baik. Aku bahkan rindu memaki kisah padanya. Kau tak perlu khawatir. Aku tidak akan mendendam. Berbahagialah. Mungkin masaku telah habis bersamanya. Kini saatnya dirimu. Bahagiakan dia. Sebuah kalimat klise, aku bahagia jika dia bahagia. (Jombang, 2018)

Untitled

Aku hanya mampu menulis dan menulis. Berbicara pada siapa lagi? Nadaku telah sumbang. Kelelahan merapal doa tentangmu. Yang pernah kutitipi mimpi dari hati. Yang pernah kumaknai sebagai rasa yang tak pernah mati. Diam-diam kucoba merangkai melodi, lagi. Tentang kamu yang sempat hadir menjelma sebagai taman hati. Tentang kamu yang sempat memberi dan tak ragu untuk selalu hadir kembali. Maafkanlah diriku. Mencampakkanmu dengan jarak yang selalu berakhir rindu. Menyiksamu dengan beribu pengabaianku padamu. Diam-diam aku meraih lagu. Yang pernah kunyanyikan untukmu kala itu. Pikiranku hanyut bersama lirik tabuh itu. Seperti merasa sama. Seperti merasa utuh. Dilengkapi oleh kenangan yang masih jelas untuk dirindu. Kini kau perlahan berpindah. Entah karena ia lebih indah atau hanya sekedar singgah. Sedang aku? Menyapamu saja aku tak mudah. Apalagi berkata, "Aku merindukanmu, Sayang". Jangan dihina hatiku. Kurasa ia begitu tulus menunggu. Bahkan untuk merintih saja tak mampu. Apalag...

Tentang Siapa

Sebuah tulisan yang entah akan kutujukan pada siapa Malam ini, kutemukan beberapa kalimat ratapan tentang dirimu. Ada sosok yang menunggu, merindu, untukmu. Kau mungkin tahu. Atau pura-pura tak tahu? Dia tengah teriris. Pada beberapa kata maaf. Pada kehadirannya. Padamu. Padaku. Oh, ayolah. Apa aku yang sedang mengiris hatinya? Sosok yang tulus meradang untukmu. Sosok yang rela menanti untukmu. Sedang aku? Apalah aku. Hanya berkedok rindu dan pilu. Pada jarak yang seringkali berujung sendu. Namun apalah semua itu, jika pada akhirnya aku masih akan terus memendam namamu dalam bait-bait sajakku. Sesungguhnya. Dua hati manusia ini sedang ingin berlabuh padamu. Namun, masih meragu. Ah, apa itu aku yang meragu? Sedang ia begitu yakin. Benarkah diriku yang meragu? Bukankah saat itu aku begitu yakin? Oh, mungkin karena takdir Tuhan yang tak pernah bisa kutebak. Diriku memang ingin berlabuh padamu. Namun saat ini. Diriku hanya mampu meminta pada Yang Melabuhkan Hati Manusia. Telah aku ikhlask...

Pernah Datang

Lagi-lagi ini masih tentangmu. Seperti tidak punya inspirasi lain untuk kutuliskan. Malam ini. Masih teringat tentang dirimu. Tentang dirimu yang pernah kusebut rumah. Apa aku pernah bercerita padamu? Jika kamu pernah kusebut sebagai rumah. Singgah. Tempat pulangku setelah kulabuhkan munajatku padaNya. Kau pernah ada. Dalam bulir-bulir doa di sepertiga malamku. Sebagai hal yang sangat aku syukuri. Sebagai hal yang sangat berarti. Sebagai hal yang tak pernah bisa kupungkiri. Kau ada. Menguatkanku. Sering lelah menghampiri. Mengeluh tiada henti akan hiruk pikuk dunia. Namun kau menenangkan. Membuka pikiran. Menjelaskan. Dunia indah jika dinikmati. Kau datang. Mengingatkan. Dari menghujat menjadi bermunajat. Kau datang. Melengkapi. Segala kekosongan diri. Kau datang. Menghargai. Sebagai sosok yang tak pernah melukai. Hingga akhirnya kau datang. Mengingatkan. Dari dosa-dosa yang selama ini menjelma menjadi kata cinta. Kau datang mengingatkan. Seharusnya tidak begini. Aku bahagia. Kau pern...

Apakah Masih Tentangmu?

Pernah tidak kamu menyesal telah begitu tulus merasa untuk seseorang? Pernah tidak kamu menyesal telah begitu percaya menggenggam asa dari seseorang? Yang nyatanya bisa saja hilang, Lenyap Pudar seiring waktu Bukan karena kita jauh, Atau belum kembali berlabuh Namun karena aksara yang sudah lama tidak menyatu Atau bisa saja karena angan yang malu untuk mengaku Sendu, Rindu, Namun pilu Apakah sajak ini masih tentangmu? Aku juga tidak tahu Biar kau simpulkan semaumu (Jakarta, 2018)

Kita Kuat

Tidak ada yang baik-baik saja Ketika harapannya tidak datang seperti yang diminta Kecuali mereka yang percaya kepada rencana Allah Tidak ada yang masih bisa tersenyum Ketika harapannya hancur dan patah Kecuali mereka yang sadar Bahwa nikmat Tuhannya lebih besar dari kegagalannya Saudaraku, Kalian tidak sendiri Di balik kegagalan itu Allah sediakan berbagai macam obat dan mata air Ada Wudhu Yang ketika kau membasuhkannya ragamu merasa sejuk Ada Shalat Yang ketika kau melakukannya jiwamu merasa khusyuk Ada Istighfar Yang ketika kau membacanya hatimu tak lagi tertusuk Ada Al-Qur'an Yang ketika kau melantunkannya getaranmu tak lagi rapuh Ada pula, Sahabat-sahabat terbaik kita Yang senantiasa menggandeng tangan kita untuk bersama-sama kembali di jalan Allah Yang senantiasa menepuk pundak dan berujar, "Kamu tidak sendiri" Yang lalu memeluk dan berkata, "Tidak mengapa, ini hanyalah kegagalan dunia. Nikmat Allah lebih besar dari kegagalan kita. A...

Terbungkam

Dalam hitam, Aku terkadang tertikam Bukan karena kelam Namun aku meradang dalam rajam Malam tak selamanya suram Ia tahu bagaimana merayu hingga menenggelam Kau saja yang muram Rindu itu terlalu sadis menghujam (Jakarta, 2018)

Dera yang Tak Pernah Jera

Kau tahu, Aku tahu, Kita tahu, Akhirnya, Kau temukan dirimu bersandar Dalam rangkaian huruf yang telah aku ciptakan Aku malu, Kau tahu Tanpa ada keinginan berbicara Tanpa ada rasa untuk bersuara Tuhan menjawab doaku Untuk bercerita padamu Lewat sajak yang masih terjebak Dan rasa yang tak kunjung beranjak Serpihan bintang yang sempat menusuk kalbuku perlahan runtuh, Jatuh, Luruh, Hilang bersamaan dengan semua pengakuan yang kau tuturkan Tak perlu lagi aku risau Bimbang untuk berjalan maju Takut untuk menghilang lalu merindu Atau bertahan lalu merasa sendu Ah, semuanya sudah selesai Tak perlu menghilangkan rasa Menghapus luka Atau menjauhi duka Katanya, Nikmati saja Ikhlaskan kita Aku telah siap bertemu denganmu Sebagai apapun dalam hidupku Katanya, "Teruslah bersajak, Meski tak ada lagi aku di dalamnya" Aku menggeleng, Tersenyum, Aku tidak pernah tahu, sajak mana yang akan menjadi rumah terakhirmu Dan aku, tidak pernah tahu Kapan aku...

Ternyata Kosong

Ketika raga sudah berada pada ujung pengharapan, dan nalar mulai merayu untuk pergi meninggalkan Di saat itu, baru bisa kupelukkan keningku pada Sang Pencipta kenikmatan Berharap semua itu akan baik-baik saja. Kiranya aku ragu Kiranya aku risau Embun mungkin tak mau lagi menjemput pagi Dan angin tak sudi menyapaku lagi Namun Ia ada, pada setiap hembusan yang seringkali kunistakan Sungguh, sangat kurindukan getaran saat nama itu terdengar Namun hampa! Kosong! Peluh bening itu meronta untuk terjun saja Begitu hina! Tuhan, aku hina! -rawr

-

Asal tahu saja, Langitku tersusun dari lapis kesabaran Untuk segala senja dan renjana, Juga ceritamu, secara bersamaan -rawr

-

Baiklah, akan kucoba menuturkan Namamu berhasil menempati urutan pesan teratasku Dalam menutup malamku yang melelahkan ini Kurasa, Kamu berhasil Menepati janji dan mengobati sanubari Menyematkan suka Juga meninggalkan hangat dalam dada Dan kali ini, Kau ucapkan selamat tidur juga. -rawr

Perpisahan (Lagi)

Boleh aku menulis lagi? Kali ini masih sama, Tentang perpisahan Baru saja kemarin rasanya aku menuliskan bagaimana bayang-bayang perpisahan mulai menghantui Hari ini, Aku dihadapkan dengan sebuah perpisahan, Lagi. Kali ini, Aku semakin yakin Perpisahan menjadi hal yang paling dibenci oleh semua orang Terlalu banyak air mata mengiringi sebuah kata perpisahan Terlalu banyak kalimat tanya menaungi sebuah kata perpisahan Mengapa ia pergi? Mengapa tiba-tiba? Mengapa begitu tega? Mengapa tanpa alasan? Dan masih banyak kata mengapa yang lainnya Haruskah yang ditinggalkan tahu alasannya? Ah, perpisahan Tidak semuanya itu adalah sebabmu Sang Pengatur Maha Bijaksana Manusia saja yang sering menuntut lebih Mengatasnamakan lara sebagai hal yang kau ciptakan Mengatasnamakan rindu sebagai hal yang kau tinggalkan Manusia saja yang sering memakimu kasar, Tak mencoba menggali makna Tak mencoba menutup luka Manusia saja, Yang tak pernah bisa dewasa. . . . Untuk manusia ya...

Setiap Itu Adalah Kamu

Setiap kata menyiratkan makna Setiap ujar meninggalkan rasa Dan setiap aksara tak mampu lagi kujadikan nama Jika yang kuhadapi itu adalah dirimu Setiap jejak menitipkan luka Setiap nada mengalunkan derita Dan setiap bait sajak selalu saja mengguratkan air mata Setiap kali yang kupandangi itu adalah tentangmu Ah, susah Aku kehabisan kata-kata Cobalah kau baca ini Kurasa kau akan mengerti -rawr

It's Dark

Gambar
I am tired of looking for you in the space you have disappeared I am feeling tone of longing but I see nothing since you just shadowing -rawr

Lara

Lara, Orang-orang begitu bangga mengagungkan namamu Atas sebuah pengakuan yang ingin ditunjukkan tentang dirinya Lara, Semua orang begitu senang menyematkan namamu Atas segala ciptaan oleh perpisahan tentang dirinya Lalu, Mereka egois. Merasa bahwa hanya merekalah yang pantas bersanding bersama lara Lalu, Mereka egois. Menuduh bahwa kepada yang meninggalkanlah yang paling sering memberikan luka -rawr

Tolonglah!

Aku benci melihat perpisahan Ada setitik rasa yang mendadak jatuh ketika menjumpainya Ada setitik asa yang mendesak runtuh ketika menemuinya Tolong, katakan padaku! Aku ini pengagum senja Harusnya tahu hakikat pertemuan dan perpisahan yang tak bisa dilawan Aku ini pengagum senja Harusnya tahu rasanya tertambat rindu oleh sebuah perpisahan Tolong, kuatkan diriku! Aku ini pengagum laut Harusnya tahu hakikat terjangan ombak pada batu karang Aku ini pengagum laut Harusnya tahu rasanya dihempas lalu ditinggal pergi dan meradang Tolonglah aku! Kali ini saja. -rawr
Gambar
"Hai, namamu siapa?" "Aksara" "Ah, sial" "Kenapa?" "Menarik sekali," "Yaaa, orang-orang menjadikanku agar bebas dari semua rasa bimbang dan kesalahpahaman." "Tidak semua orang bisa seperti itu kurasa," "Kau benar." . . . "Hati-hati jika bersamaku, Han." "Kenapa?" "Diriku tajam, mudah melukai." "Ah, kamu berlebihan." "Kau belum tahu, Han. Aku tidak semudah itu terucap dan dipahami." "Beruntung sekali ya Ra, orang-orang yang bisa menjadikanmu teman baik." "Kurasa kau harus mencobanya, Han."

Untuk Kedua Kalinya

Jika boleh kutapaki kembali jejak itu, Aku sungguh masih berdiri pada sudut pertanyaan Apa yang membuatmu pergi meninggalkan begitu saja? Aku sungguh masih berdiri pada beberapa kebimbangan Apa yang membuatmu lenyap hilang begitu saja? Bolehkah aku membawamu kembali? Menjelaskan beberapa serpihan waktu yang tak pernah aku pahami sebelumnya Bolehkah aku memanggilmu kembali? Menjelaskan beberapa serpihan waktu yang pernah kau renggut dariku sebelumnya Ketika kini kaupun kembali, Membawa begitu banyak harapan untuk menyatukan kembali serpihan itu Memanggil kembali jiwa yang pernah hilang bersama serpihan itu Jika harapan itu nyata, Katakanlah! Kumohon, Jelaskanlah! Jangan kau buat diriku menerka lalu berdiri pada sudut pertanyaan, Untuk kedua kalinya Jika harapan itu nyata, Ketahuilah, Aku tak akan pernah rapuh Untuk kedua kalinya -rawr

Teman Biasa

Ayahku pernah berkata, Jadilah teman yang biasa-biasa saja. Jika mereka membutuhkan, bantulah. Jika mereka mencari, datanglah. Jika mereka mendekat, sambutlah. Tak perlu kamu mengorbankan segalanya hanya untuk seorang teman. Tak perlu kamu menyakiti dirimu sendiri hanya untuk seorang teman. Karena teman tak semuanya mengerti. Karena teman tak semuanya memahami. Jadilah teman yang biasa-biasa saja. Tak usah mengemis perhatian dengan menyakiti hatimu sendiri. Tak usah menghempaskan air mata karena dikecewakannya. Teman tidak seperti itu. Manusia memang tempat mengecewakan. Ingat, Ada Allah yang selalu bersamamu. Bahkan ketika kamu lebih memikirkan mereka daripada Dia. -rawr

You Were the Ocean

Gambar
That's me Came with the wind Crashed the corals Warded the ashes Breathed in the verge of time You were the ocean Fetched me with sincerity No matter the time Since falling in love have been holding your soul -rawr

Belum Beranjak

Pada lorong-lorong waktu yang pernah kita ciptakan, Kucoba semampuku untuk tak mengingatnya kembali. Karena semakin sering aku melihatnya pada lorong itu, Semakin sering kudapati jejak kakiku menggariskan sebuah penderitaan. Yang mungkin selalu kuanggap baik-baik saja di setiap tapaknya. Orang-orang berkata, "Cobalah kau lihat lagi! Itulah penderitaanmu sebenarnya. Penderitaan atas apa yang seharusnya bisa kau lupakan. Namun, hasilnya nihil. Kau gagal. Kau masih di sana. Belum beranjak. Kalian sudah selesai. Kau yang belum." Kataku, Iya. Terima kasih, sudah mengingatkan; -rawr

Sebuah Penerimaan

Gambar
Di ujung penantian Di ambang kepastian Dan di sudut kerinduan Sebuah penerimaan kiranya menjadi satu-satunya hal yang membuat semua luka menjadi anugerah Sebuah penerimaan menjadi satu-satunya hal yang membuat semua rindu tak lagi menjadi sendu Di senja ini, ia memanggil lagi Mungkin tidak dengan ajakan kembali Juga tidak dengan ungkapan rasa dan asa lagi Tetapi dengan kalimat maaf Atas segala luka yang sempat tersemat Kalimat maaf atas segala rasa yang sempat terpahat Kalimat maaf atas air mata yang sempat terlihat Aku pun membalas, Atas semua pemberian yang sempat terpatri Atas semua rasa yang sempat menari Juga semua pilu yang sempat membiru Semua doa yang sempat berlabuh Dan untuk semua kalimat yang pernah menjadikanku seperti utuh Kuucapkan terima kasih Dengan ini, aku menerimamu kembali Mungkin tidak dengan kenangan yang sama Tidak juga dengan perjalanan yang sama Namun, untuk hati yang tak mati lagi Aku percaya, kau pun menerimaku kembali -raw...

Pernah

Gambar
Aku pernah menulismu di suatu senja Lalu aku baca lagi tentangmu di senja yang berbeda Lalu aku berpikir, Apakah kau... juga? -rawr

Ini Tentang Surat

Kemarin, aku menuliskan sebuah surat. Bukan surat cinta, bukan surat rindu, bukan pula surat wasiat. Entah harus kunamai apa surat ini. Senja itu, aku hanya ingin menyampaikan pesan yang sempat aku rahasiakan hanya dengan Tuhanku. Kurasa yang bersangkutan tak perlu mengetahuinya. Namun, nihil. Aku tergoda. Aku gagal. Aku harus menuliskannya. Biar kuperkenalkan diriku. Aku adalah seorang gadis pengagum senja yang selalu membutuhkan teman bercerita. Kurasa, kau tahu itu. Oh iya, aku sangat senang menuliskan segala macam kalimat rindu. Aku rasa, kau juga tahu itu. Ah satu lagi, aku adalah gadis yang menyukai segala hal yang berhubungan dengan laut. Dan kurasa, kau masih mengingatnya. Melalui surat itu, kukatakan segalanya tentang diriku setelah perpisahan di suatu senja kala itu. Aku hanya ingin mengucapkan ribuan kalimat terima kasih untuk segala pemberian yang pernah kau sematkan dalam kebimbanganku. Aku percaya, Tuhan mengirimkanmu bukan tanpa maksud. Ia memberikan begitu banya...
Ada saja cara Tuhan untuk mendekatkan senja dan fajar yang katanya tak akan pernah bertemu itu. -rawr

Melodi Senja

Senja Aku disini, hening! Merangkai setiap bait sajakku bersama sepi Sesakit itukah nafasku dalam senja? Hingga ia mengurungku dalam durja Enggan menjemput hati yang telah hancur terjajah Sehina itukah diriku dalam senja? Namun kau hujan, Kau datang membawa melodi dalam senjaku Menjadi setiaku yang sederhana Menemani disetiap sajak hidupku Kau yang selalu kembali Sekalipun kau tau Sakitnya jatuh terhempas ke tanah Kau yang membuatku kembali bersenandung dalam senja, Tetaplah disini Menemani dengan sejuta kesetiaan Karena kau, adalah bahagiaku yang sederhana -rawr

Gelap

Menghadap gelap Apa yang kau tatap? Rindu Kau kah suara merdu? Kelam Ia terbalut malam Sunyi Tanpa perlu menyanyi Lengkap sudah jiwaku Terbawa dalam gelapnya rindu, kelam, nan sunyi Tidak Bukan kamu Namun kita -rawr

Itu Kamu

Saat itu aku hanya mengenali kedua matamu Tidak dengan tuturmu Ataupun dengan lakumu Saat itu aku hanya mengenali namamu Tidak dengan senyummu Ataupun bahkan candamu Saat itu pula aku hanya mengenali impianku Tidak dengan pembuktianku Ataupun bahkan perkenalanmu -rawr

Ombak Itu

Iya, aku adalah ombak itu Datang bersama sang bayu Menggulung menerjang karang batu Menepis kelabu Dan menghela di tepi sang waktu Bukankah engkau pantai itu? Menjemputnya tanpa ragu Tanpa pedulinya waktu Menjadikan hidupmu berlagu Karena ia, suara alam paling merdu -rawr

Maaf

Maaf, jika aku terkesan menuduhmu. Maaf, jika aku terkesan menyalahkanmu. Maaf, jika aku terkesan mengatakan bahwa kamu adalah yang menyakiti. Aku sadari, tak seharusnya aku bersikap seolah aku satu-satunya orang yang tersakiti. Namun nyatanya tidak. Aku tidak pernah tahu, bagaimana rasa yang sedang kau rasakan saat aku mengucapkan usai. Aku tidak pernah tahu, bagaimana rasa yang sedang kau rasakan setiap aku mem- posting  segala macam kalimat rindu atau lainnya yang secara tidak langsung itu adalah untukmu. Aku tidak pernah tahu bahwa mungkin saja kamu yang lebih merasa tersakiti daripada aku. Maafkan aku, yang egois. Ingin benar sendiri. Merasa rindu sendiri. Merasa kehilangan sendiri. Aku pun tak pernah tahu, Mungkin saja kau pun merasakannya. Ribuan kata maaf ingin sekali aku sampaikan padamu yang rasanya sekarang sudah asing dengan kata "kita". Entah indera perasaku yang salah atau memang kamu yang sudah benar-benar pergi. Aku yakin, suatu saat nanti kau...

Perihal Laut

Katakan padaku, Tempat apa yang kiranya paling ingin kau kunjungi? Tempat apa yang kiranya akan selalu bisa mengingatkanmu tentang diriku? Maka jika kau bertanya kembali, Berlarilah engkau ke sana, Ke laut itu. Perihal laut, aku pun sangat mengaguminya Satu kalimat yang sempat aku baca di buku favorite ku tentang salah satu alasan aku menyukai laut yaitu, "ombak adalah suara alam yang paling merdu." Entah mengapa aku pun langsung menyetujuinya. Bagiku, laut adalah salah satu bukti keindahan alam dan juga cara Tuhan menyampaikan sebuah pengikhlasan dan ketenangan. Sebuah keikhlasan kiranya tak harus semua orang mengetahuinya. Sebuah keikhlasan juga tak seharusnya diumbar melalui sebuah curahan hati pada yang lain. Sebuah keikhlasan hanya bisa kau rasakan sendiri. Maka jika kau sudah merasakan keikhlasan yang lapang pada hatimu, tanyakan kembali masih perihkah jika namanya tersebut di suatu senja? Ah tak pantas jika kau masih saja mengeluh sesak pada dadamu. Laut ju...

Perihal Senja

Gambar
Katakan pada semua orang bahwa aku memang mengaguminya. Perihal senja, aku tidak pernah bosan untuk memandanginya. Bagiku, senja adalah cara Tuhan menyampaikan bagaimana langit mengucapkan selamat tinggal pada cahaya sorenya. Lalu senja menjadi cara yang sama untuk menyampaikan kalimat pertemuan dengan gelapnya malam. Kadang aku berpikir begitu indahnya Tuhan menjadikan senja sebagai simbol pertemuan dan perpisahan. Setiap kali aku melihat senja, aku tidak pernah berhenti mengenang semua pertemuan dan perpisahan yang pernah aku alami. Sungguh, senja selalu saja membawaku dalam putaran waktu yang hadir setiap aku melihatnya. Perihal kamu, aku merasa senja telah menjadi bagian dari kita. Mungkin kau tak pernah menyadarinya. Kau tidak akan pernah tahu bagaimana kamu meninggalkan dengan menyisakan segala kenangan yang harusnya masih kurasakan saat itu. Kau tak pernah tahu, bahwa sebenarnya kamu adalah senja itu. Begitu teduh, begitu tenang, dan juga begitu kurindukan. Kau adalah senja it...

Make a New Page

Hari ini, hari pertama libur midterm semester keduaku, aku memutuskan untuk akhirnya move on  dari kesedihanku akibat diblokirnya salah satu website andalanku. Rasanya terlalu berlebihan, namun inilah faktanya. Susah untuk menjelaskan bagaimana rasanya kehilangan kenangan yang seharusnya masih bisa dinikmati. Mungkin aku bukanlah penulis yang baik, namun aku akan menjadi penulis yang paling jujur. Karena menjadi jujur membutuhkan banyak sekali usaha melawan banyak hal. Tentang diriku, rasanya aku ingin berbagi sedikit cerita. Aku adalah seorang pengagum laut, senja, dan dandelion. Aku tidak menyadari sejak kapan sebenarnya aku mengagumi mereka. Bagiku, laut adalah gambaran sebuah keikhlasan dan ketenangan. Senja adalah gambaran dari sebuah pertemuan dan perpisahan. Sedangkan dandelion adalah sebuah gambaran tentang perjuangan dalam kehdupan. Aku rasa, mereka sangat cocok untuk disatukan. Lalu aku, sudah terlalu pantas rasanya untuk berteman baik dengan mereka. Di tempat ini aku ...