Tentang Siapa
Sebuah tulisan yang entah akan kutujukan pada siapa
Malam ini, kutemukan beberapa kalimat ratapan tentang dirimu. Ada sosok yang menunggu, merindu, untukmu. Kau mungkin tahu. Atau pura-pura tak tahu? Dia tengah teriris. Pada beberapa kata maaf. Pada kehadirannya. Padamu. Padaku. Oh, ayolah. Apa aku yang sedang mengiris hatinya? Sosok yang tulus meradang untukmu. Sosok yang rela menanti untukmu. Sedang aku? Apalah aku. Hanya berkedok rindu dan pilu. Pada jarak yang seringkali berujung sendu. Namun apalah semua itu, jika pada akhirnya aku masih akan terus memendam namamu dalam bait-bait sajakku. Sesungguhnya. Dua hati manusia ini sedang ingin berlabuh padamu. Namun, masih meragu. Ah, apa itu aku yang meragu? Sedang ia begitu yakin. Benarkah diriku yang meragu? Bukankah saat itu aku begitu yakin? Oh, mungkin karena takdir Tuhan yang tak pernah bisa kutebak. Diriku memang ingin berlabuh padamu. Namun saat ini. Diriku hanya mampu meminta pada Yang Melabuhkan Hati Manusia. Telah aku ikhlaskan takdir ini. Tuhan akan menjawab. Semesta akan mengiringi. Dan langit senja akan selalu menemani.
Sebentar,
Aku masih ingin mengingat lagi;
Baru rasanya kemarin aku menatapmu dalam beberapa tawa. Hingga aku tak mampu melihat matamu saat ku beraksara. Tak pernah rasanya diriku sebegitu dekat denganmu. Kebahagiaan malam itu masih terus menyisakan senyum manis di sudut malam hariku. Dan malam ini, rasanya aku tak ingin tidur; masih tersisa senyuman itu. Hingga akhirnya. Kutemukan aksara tergantung. Hampir tercerai berai. Oleh sebuah penyesalan. Kata maaf. Diriku mematung. Ragaku bingung. Salahkah aku? Menjadi sekat pada pertemuanmu dengannya. Oh, Nona. Maafkan diriku. Ketidaktahuanku mungkin telah menjadi pedang itu. Maafkan diriku. Kurasa kita semua telah menjadi tokoh dalam skenarioNya. Tak bisa menyalahkan, meresahkan, atau menyesalkan. Syukuri semuanya. Kau, Aku, dan Dia, akan tetap selalu ada, pada porsinya masing-masing.
(Jombang, 2018)
Komentar
Posting Komentar