Melirih, Pudar, dan Tak Tergapai Lagi

Mungkin saja langkahku semakin lirih, tak terdengar lagi olehmu
Yang tertinggal hanyalah jejak-jejak yang dulu pernah menemanimu menapak di setiap sudut bumi
Mungkin saja tawaku semakin sunyi, tak menghiasi lagi angan-angan yang dulu pernah kau ciptakan saat senja menyapamu di sore hari
Mungkin ada banyak hal yang tiba-tiba pudar, semakin lama semakin tak tergapai lagi olehmu
Bukan apa-apa,
Alam sedang menuruti apa kata Sang Penciptanya
Diperintahkannya mengeraskan debur ombak, menghidupkan pelangi menjelang senja, menggelegarkan petir di kala hujan, dan juga meniupkan angin-angin kesejukan di setiap kepasrahan diri
Hanya agar rekam suara dan bayanganku tak lagi menghalangimu untuk kembali melangkah
Hanya agar kau bisa benar-benar menikmati alam seperti yang kuceritakan padamu malam itu
Aku takkan pernah khawatir,
karena alam akan berkonspirasi lagi, nanti pada waktunya.



aksarasaku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Warna

Setiap Itu Adalah Kamu

Tanpa Suara