Menghargai Doa
Tersadar ketika kita telah mendapatkan kemenangan atas apa yang selama ini kita dambakan dan bagaimana perjuangan serta pengorbanan yang telah kita lakukan untuk sesuatu berharga itu. Di situlah keberhasilan terasa berharga. Sesuatu yang diperjuangkan bertahun-tahun, jatuh bangun, gagal, mencoba lagi, dan begitu seterusnya hingga pada akhirnya keberhasilan memeluk, menenangkan diri. Berasal dari doa-doa dan janji pada Sang Kuasa, “Tuhan, jika memang sesuatu itu baik dan mendekatkan diri padaMu, kumohon kabulkanlah doa-doaku ini, aku berjanji tak akan berbuat dosa-dosa yang telah sengaja lama aku kerjakan.”
Begitulah, cara merayu Tuhan agar apa yang kita damba segera datang dan kita dapatkan. Namun, sayang sekali. Ketika sesuatu berharga itu datang, janji-janji itu terlupakan, seakan tak pernah ingat jika pernah berdoa merayu Sang Pemilik Hidup. Kala sesuatu itu datang, bahagia sudah jiwa ini. Sesuatu yang telah bertahun-tahun diperjuangkan. Namun masih saja, namanya juga manusia. Menginginkan lebih dari yang didapatkan. Masih merasa pemberian Tuhannya tak pernah cukup. Apa lupa jika pernah jatuh bangun memperjuangkannya? Apa lupa pernah menangis kala gagal menamparnya berulang kali? Sekali didapat, mencari yang lain. Lantas untuk apa kau rayu Tuhanmu agar hal berharga itu kau genggam? Untuk apa? Untuk menyamai posisi kawan-kawanmu yang telah mendapatkan hal serupa? Agar kau tak terlihat bodoh? Atau apa? Tuhanmu memberikan apa yang kau pinta, namun kau dengan polosnya pura-pura bodoh tak mengerti, bahwa kau telah menyia-nyiakan doa-doa dan segala perjuanganmu di masa itu.
Kau bilang kala itu, bahwa bertahun-tahun kau merasa hidupmu sia-sia jika hanya belajar untuk memperjuangkan hal itu. Lantas ketika kau dapatkan, kau berpaling untuk hal yang lain. Apakah itu tidak lebih sia-sia? Manusia selalu saja menyia-nyiakan doanya, tak menghargai Tuhannya, lantas marah kala Tuhannya terasa tak adil padanya. Ayolah, belajar bersukur atas apa yang diberikan Tuhan kepada kita. Ayolah, belajar merasa cukup dan menjalani apa yang telah ada di depan mata. Ayolah, belajar tidak mengeluh dan marah jika keinginan kita tak pernah tersampaikan.
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan doa dan selalu bersyukur serta menghargai Sang Pemberi Kenikmatan.
Mari bersyukur dan selalu merasa cukup,
aksarasaku
Komentar
Posting Komentar