Ternyata Kosong
Ketika raga sudah berada pada ujung pengharapan,
dan nalar mulai merayu untuk pergi meninggalkan
Di saat itu,
baru bisa kupelukkan keningku pada Sang Pencipta kenikmatan
Berharap semua itu akan baik-baik saja.
Kiranya aku ragu
Kiranya aku risau
Embun mungkin tak mau lagi menjemput pagi
Dan angin tak sudi menyapaku lagi
Namun Ia ada,
pada setiap hembusan yang seringkali kunistakan
Sungguh,
sangat kurindukan getaran saat nama itu terdengar
Namun hampa!
Kosong!
Peluh bening itu meronta untuk terjun saja
Begitu hina!
Tuhan, aku hina!
-rawr
dan nalar mulai merayu untuk pergi meninggalkan
Di saat itu,
baru bisa kupelukkan keningku pada Sang Pencipta kenikmatan
Berharap semua itu akan baik-baik saja.
Kiranya aku ragu
Kiranya aku risau
Embun mungkin tak mau lagi menjemput pagi
Dan angin tak sudi menyapaku lagi
Namun Ia ada,
pada setiap hembusan yang seringkali kunistakan
Sungguh,
sangat kurindukan getaran saat nama itu terdengar
Namun hampa!
Kosong!
Peluh bening itu meronta untuk terjun saja
Begitu hina!
Tuhan, aku hina!
-rawr
Komentar
Posting Komentar