Pada kicau burung menyapa pagi, aku kembali Menerka lagi sedalam apa luka yang sempat terbingkai Tertegun bahwa hatiku sempat mati pada andai Yang pantasnya beradu sorai saat ramai Di situlah aku, menjalin harap dalam senyap Berharap luka ini tak selamanya menetap Seperti cerita yang sudah di ujung kalimat Bukan lagi saatnya mengeja siapa yang salah dalam berharap Sudah bukan lagi saatnya beradu kisah siapa yang paling terluka Maka sudah saatnya kembali melangkah Bersiap untuk mendaki terjal dalam suka dan duka Berbekal diri yang sembuh dan utuh secara logika Mulai menerima yang sempat tak seirama Mengemas yang sempat menjadi cemas Merajut langkah sambil bersujud Berlutut dalam doa-doa yang bertaut DidengarNya doa yang menjadi jerit panjang di tengah malam Hatinya ikhlas dan jiwanya tak lagi kelam Lalu datanglah sang tuan mengucap salam Menawarkan petualangan yang kemudian disulam Dikatakannya pada sang Tuan, Tenanglah, Hatiku sudah siap memulai kisah ini Mari merajut kehidupan dengan ...
Komentar
Posting Komentar