Warna

Pada kicau burung menyapa pagi, aku kembali

Menerka lagi sedalam apa luka yang sempat terbingkai

Tertegun bahwa hatiku sempat mati pada andai

Yang pantasnya beradu sorai saat ramai


Di situlah aku, menjalin harap dalam senyap

Berharap luka ini tak selamanya menetap

Seperti cerita yang sudah di ujung kalimat

Bukan lagi saatnya mengeja siapa yang salah dalam berharap


Sudah bukan lagi saatnya beradu kisah siapa yang paling terluka

Maka sudah saatnya kembali melangkah

Bersiap untuk mendaki terjal dalam suka dan duka

Berbekal diri yang sembuh dan utuh secara logika


Mulai menerima yang sempat tak seirama

Mengemas yang sempat menjadi cemas

Merajut langkah sambil bersujud

Berlutut dalam doa-doa yang bertaut


DidengarNya doa yang menjadi jerit panjang di tengah malam

Hatinya ikhlas dan jiwanya tak lagi kelam

Lalu datanglah sang tuan mengucap salam

Menawarkan petualangan yang kemudian disulam


Dikatakannya pada sang Tuan,

Tenanglah,

Hatiku sudah siap memulai kisah ini

Mari merajut kehidupan dengan petualangan dan warna yang lebih penuh

Semoga aku dan kamu selamanya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setiap Itu Adalah Kamu

Tanpa Suara