Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Teruntuk Dua Tahun Perjuangan

Sebagai awal dari kata-kataku, kuucapkan selamat untuk dua tahun bersama El-Classix. Selamat telah berjuang bersama, saling menerima segala keluh kesah. Aku tahu semua yang kita alami adalah hal yang tidak mudah untuk dihadapi bagi siswa seumuran kita. Di sini ingin aku ceritakan segala bentuk pernyataan yang dulunya aku sembunyikan dari kalian. Aku masuk ke Sampoerna Academy bukan tanpa alasan. Berbagai macam pertimbangan didiskusikan sedemikian rupa. Bukan apa-apa, faktanya aku telah menempuh satu tahun SMA Negeri di daerah asalku. Aku sudah menemukan kenyamanan di sana. Menemukan banyak sekali teman, kehidupan kos yang kukira sudah sangat hebat sebagai pencapaianku di umur yang belum menginjak 17 tahun. Hingga pada akhirnya aku harus pindah dan mengulang kelas satu SMA ku di Sampoerna. Aku harus rela berpisah dengan teman-teman yang membuatku nyaman dan kuat berada di sana. Setelah aku melihat profil tentang Sampoerna, harapanku sudah melambung tinggi. Sekolah asrama pastilah me...

Bintang

Aku tengah ada di dalam malam-malam syahdu tak berujung Menanti hadirnya gemerlap bintang yang dulu sempat terpancar jelas dari kedua sudut matamu Bintang yang hanya bisa dinikmati oleh tatapan ketulusan juga penantian Bintang yang dulunya mampu menghilangkan segala rasa keresahan juga keputusasaan Namun nyatanya, kini bintang itu tak lagi terpancar untukku Aku tak lagi menemukan aku ada dalam sinar-sinar bahagiamu Aku tak lagi menemukan aku ada dalam sinar-sinar harapanmu Aku pernah menjadi yang paling terang, hingga pada akhirnya kau tak mampu melihat cahayaku dalam keterangan itu Aku pernah menjadi yang paling merdu, hingga pada akhirnya kau tak mampu mendengar melodiku dalam kemerduan itu Kau boleh menertawakan diriku yang masih saja terjebak dalam angan-angan tentangmu atau bahkan kau benar-benar tak peduli akan hadirku Kau boleh melakukan segalanya Asal kau tahu, Kemanapun kau memandang, aku masih menjadi matamu Kemanapun kau berlari, aku masih menjadi kakimu Keman...

Jangan Ragu

Ada yang merindu begitu dalam hingga pada tengah malamnya masih saja meratapi dalam dalam Ada yang menyangsikan rasanya sendiri hingga pada tengah malamnya masih saja menerka apa yang ada di dalam diam Meragukan rasa tak pernah semudah jatuh hati pada pertama kali Meragukan tak pernah sesederhana itu Ada yang berpikir tentang apa yang harus dilakukannya untuk memperjelas arti dari hati Lantas memikirkan apa yang akan terjadi pada diri jika tak dipikirkan dengan hati-hati Terkadang untuk menyampaikan rasa adalah hal tersulit, dipaksa bungkam oleh ketakutan dan keragu-raguan Ingin menyuarakan namun takut dihiraukan, apalagi sampai ditepiskan Lalu harus apa? Berpura-pura lagi? Seolah tak ada rasa apa-apa namun harus bergaya biasa-biasa saja Mungkin usaha untuk menyuarakan rasa dijawab oleh tanda-tanda penolakan oleh kata-kata Lalu tiba-tiba harapan sekarat hampir mati padahal tanda-tanda penolakan hanyalah cara untuk melindungi harga diri agar tak terkesan terlalu bahagia atas s...

Delapan Belas Tahun

Aku ingin mengutarakan kali ini, bukan lagi bercerita. Di hari ini, tepat delapan belas tahun saat di mana mamaku memperjuangkan atas kelahiranku ke dunia. Memperjuangkan sekuat dan semampunya agar bisa melihat wajah mungilku, agar bisa mendengar tangisku, agar bisa memeluk ragaku. Tepat di hari itu, keluargaku berbahagia atas hadirnya aku sebagai cucu pertama. Semua menyayangiku, merawat dengan penuh ketulusan meski dokter waktu itu berkata aku tidak normal. Namun, keluargaku membuktikan bahwa aku bisa tumbuh normal, seperti anak-anak yang lain.  Dan inilah aku sekarang. Memperingati hari di mana mamaku menjerit kesakitan, ayahku mondar-mandir mencari darah, kakek nenekku dan seluruh keluargaku berdoa tak henti untuk kelahiranku. Di sini, aku memperingati hari bahagia di kota orang. Jauh dari keluarga, tak bisa memeluk mereka untuk sekedar mengucapkan, "Mah, Yah, terima kasih atas delapan belas tahun ini. Terima kasih telah menemaniku selama ini. Terima kasih telah mendukun...

Pertama Kali - Suar Aksara

Hal tersulit dari mencintai adalah merelakannya Terutama memulai kembali setelah membereskan yang lama Begitulah kemudian aku membuka kembali ruang yang pernah kau isi dengan udara yagn berganti Lepas dari kota itu, Mataku mencoba membidik ruang lebih dalam Barangkali kutemukan sisa namaku yang pernah kau panggil dengan perasaan, yang kemudian kau lupakan tanpa sekalipun perayaan Lepas dari peluk itu, Lenganku mencoba meraih hangat lebih erat Barangkali kutemukan beku ragamu yang pernah kudekap dengan belaian, yang kemudian kau tepis tanpa sekalipun pertimbangan Lepas dari senyum itu, Langkahku mencoba merangkum jarak lebih banyak Barangkali kutemukan irama kakimu yang pernah kutemani memijak bumi, yang kemudian kau hanguskan bagai api membakar jerami Maka izinkan aku untuk pertama kali menatap langit tanpa membayangkan wajahmu, Menghirup udara tanpa menyertakan napasmu, Memanggil deru ombak tanpa meneriakkan namamu Melihat senja tanpa melibatkanmu seperti yang kau mi...

Teruntuk Hati yang Lain

Dan teruntuk hati yang lain, selamat. Kau telah abadi dalam bait-bait aksara rasaku. Selamat, kau telah abadi bersama bunga-bunga di dalam taman hatiku; yang perlahan gugur satu demi satu, namun masih saja mengharumi di setiap sudut ruang hatiku. Meski kau lihat diriku berjuang melupakan Meski kau lihat diriku berjuang menghilangkan Meski kau lihat diriku berjuang meninggalkan Sama sekali tidak, Meski kusebutkan nama manusia lain di depanmu Lantas kuakui ketertarikan itu di depanmu Sama sekali tidak, Kau masih saja abadi di sana Di dalam relung hati yang seringkali disebut Oleh manusia-manusia yang sedang kasmaran Maaf, Jika terkesan diriku tak berjuang untuk tinggal bersama dirimu Jika terkesan diriku lelah untuk menyimpan namamu dalam aksaraku Jika terkesan dia bisa menggantikan posisimu Oh, tidak. Aku menyamar seakan mengabaikan Namun sama sekali tidak Bagaimana bisa semudah itu melupakan Menggantikan Bahkan untuk mencari pengganti saja aku tak mampu Tidak...

Teruntuk Hatiku

Selamat pagi, Hatiku. Ya, teruntuk kamu yang melewati malam harinya untuk bersuara menjadi hatiku. Kau tahu betul bagaimana rasa itu menyeruak dalam kalbuku. Jauh dari kata nyaman dan aman. Kau tahu bagaimana rasa itu menusuk perlahan di setiap malam hariku. Aku yang selalu berikrar menjadi taman hati bagi mereka yang sedang tertatih selalu mengira bahwa jika tiba saatnya hatiku yang patah, maka tak ada lagi yang mampu menjelma menjadi taman itu. Namun prasangkaku salah. Kau menjelma. Menyampaikan jeritan di setiap malam hariku yang tak sempat kututurkan dalam batas-batas sajakku. Bukan tak berani atau tak enak hati. Hanya saja aksaraku tak lagi mampu menggambarkannya dengan nyata dan jelas. Rasa ini hanya mampu dirasa. Sebuah harapan yang perlahan tanggal di setiap harinya, namun tetap dipaksa tinggal di setiap saatnya. Bagaimana bisa aku menggambarkan perasaan seperti itu? Rasa itu kupendam, semakin nyaring saat tak ada lagi yang peduli. Sekalinya peduli menuduhku berlebihan. Hei...

Takkan Terganti

Telah lama sendiri dalam langkah sepi Tak pernah kukira bahwa akhirnya tiada dirimu di sisiku Meski waktu datang dan berlalu hingga kau tiada bertahan Semua takkan mampu mengubahku Hanyalah kau yang ada di relungku Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta Kau bukan hanya sekedar indah Kau tak akan terganti Khtn - Takkan Terganti --- Terkadang aku menertawakan diriku sendiri Bagaimana bisa lagu yang awalnya hanya menjadi hadiah malam untuknya saat itu malah menjadi bumerang bagi diriku sendiri. Malah menjadi kisahku sendiri. Ah sudahlah. aksarasaku

Tentang Rindu

Pagi telah pergi Mentari tak bersinar lagi Entah sampai kapan kumenginat tentang dirimu Kuhanya diam, menggenggam menahan segala kerinduan Memanggil namamu di setiap malam Ingin engkau datang dan hadir di mimpiku Rindu.. Dan waktu kan menjawab Pertemuanku dan dirimu Hingga sampai kini aku masih ada di sini Kuhanya diam menggenggam menahan segala kerinduan Memanggil namamu di setiap malam Ingin engkau datang dan hadir di mimpiku Rindu.. Dan bayangmu akan selalu bersandar di hatiku janji kupastikan pula bersamamu Vrzh - Tentang Rindu

Menghargai Doa

Tersadar ketika kita telah mendapatkan kemenangan atas apa yang selama ini kita dambakan dan bagaimana perjuangan serta pengorbanan yang telah kita lakukan untuk sesuatu berharga itu. Di situlah keberhasilan terasa berharga. Sesuatu yang diperjuangkan bertahun-tahun, jatuh bangun, gagal, mencoba lagi, dan begitu seterusnya hingga pada akhirnya keberhasilan memeluk, menenangkan diri. Berasal dari doa-doa dan janji pada Sang Kuasa, “Tuhan, jika memang sesuatu itu baik dan mendekatkan diri padaMu, kumohon kabulkanlah doa-doaku ini, aku berjanji tak akan berbuat dosa-dosa yang telah sengaja lama aku kerjakan.” Begitulah, cara merayu Tuhan agar apa yang kita damba segera datang dan kita dapatkan. Namun, sayang sekali. Ketika sesuatu berharga itu datang, janji-janji itu terlupakan, seakan tak pernah ingat jika pernah berdoa merayu Sang Pemilik Hidup. Kala sesuatu itu datang, bahagia sudah jiwa ini. Sesuatu yang telah bertahun-tahun diperjuangkan. Namun masih saja, namanya juga manusia...

Integritas

Bicara soal integritas mungkin tidak semua orang fokus pada hal ini. Banyak sekali sekolah atau lembaga yang memiliki visi misi dengan mencantumkan kalimat mengedepankan integritas dan lain-lain. Namun hal itu tidak pernah menjadi sesuatu yang serius untuk ditindaklanjuti. Bicara fakta, saya memiliki banyak sekali bukti konkrit. Salah satunya pada sekolah-sekolah saya sebelumnya. Perihal mencontek tidak pernah menjadi hal yang serius untuk disikapi. Mungkin hanya berupa teguran di dalam kelas atau paling parah dengan dimarahi atau kertas ujian diambil secara paksa oleh pengawas. Namun tidak dengan sekolahku saat ini, Sampoerna Academy Boarding School , yang sangat mengedepankan integritas. Seakan hal itu menjadi perkara wajib yang harus dimiliki oleh setiap siswanya. Malam ini contohnya, kami satu angkatan dikumpulkan di aula besar. Lalu tiga guru matematika berdiri di depan kami. Mereka membicarakan tentang integritas kami yang kata mereka gagal dibentuk hanya karena kami berdiskusi k...

Hanya Berbagi

Kau sedang merasakan apa yang pernah ia rasakan dulu, saat aku hendak pergi meninggalkan dia yang baru saja memberi rasa nyaman padaku. Ia takut, namun hanya mampu ikut. Ikut dalam perjalanan cerita yang diberikanNya. Hingga pada akhirnya ia menyerah. Enggan menyampaikan padaku, namun aku peka semua itu. Aku tahu, ia sedang tak nyaman dengan semua jarak yang kuperbuat di antara kami. Namun apalah dayaku, hanya mampu berkata, "Kita tak seharusnya seperti ini." Bahkan ia menyetujuinya dan berakhir sunyi di antara kami. Namun dalam kesunyian itu, doa-doaku semakin nyaring saat tengah merindu. Kau tahu begitu campur aduk perasaanku? Sesak karena merasa ada yang hilang, namun bahagia karena aku masih bisa merasakan nikmatnya merindu. Saranku, lepaskanlah semua rasa harapmu, rasa cemasmu, rasa penasaranmu. Cobalah untuk menikmati apa yang terjadi. Karena semakin kau berharap, semakin sakit pula luka itu bersemayam dalam kalbu. Tak usah berpura-pura baik-baik saja. Aku pernah merasa...