Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Ternyata Kosong

Ketika raga sudah berada pada ujung pengharapan, dan nalar mulai merayu untuk pergi meninggalkan Di saat itu, baru bisa kupelukkan keningku pada Sang Pencipta kenikmatan Berharap semua itu akan baik-baik saja. Kiranya aku ragu Kiranya aku risau Embun mungkin tak mau lagi menjemput pagi Dan angin tak sudi menyapaku lagi Namun Ia ada, pada setiap hembusan yang seringkali kunistakan Sungguh, sangat kurindukan getaran saat nama itu terdengar Namun hampa! Kosong! Peluh bening itu meronta untuk terjun saja Begitu hina! Tuhan, aku hina! -rawr

-

Asal tahu saja, Langitku tersusun dari lapis kesabaran Untuk segala senja dan renjana, Juga ceritamu, secara bersamaan -rawr

-

Baiklah, akan kucoba menuturkan Namamu berhasil menempati urutan pesan teratasku Dalam menutup malamku yang melelahkan ini Kurasa, Kamu berhasil Menepati janji dan mengobati sanubari Menyematkan suka Juga meninggalkan hangat dalam dada Dan kali ini, Kau ucapkan selamat tidur juga. -rawr

Perpisahan (Lagi)

Boleh aku menulis lagi? Kali ini masih sama, Tentang perpisahan Baru saja kemarin rasanya aku menuliskan bagaimana bayang-bayang perpisahan mulai menghantui Hari ini, Aku dihadapkan dengan sebuah perpisahan, Lagi. Kali ini, Aku semakin yakin Perpisahan menjadi hal yang paling dibenci oleh semua orang Terlalu banyak air mata mengiringi sebuah kata perpisahan Terlalu banyak kalimat tanya menaungi sebuah kata perpisahan Mengapa ia pergi? Mengapa tiba-tiba? Mengapa begitu tega? Mengapa tanpa alasan? Dan masih banyak kata mengapa yang lainnya Haruskah yang ditinggalkan tahu alasannya? Ah, perpisahan Tidak semuanya itu adalah sebabmu Sang Pengatur Maha Bijaksana Manusia saja yang sering menuntut lebih Mengatasnamakan lara sebagai hal yang kau ciptakan Mengatasnamakan rindu sebagai hal yang kau tinggalkan Manusia saja yang sering memakimu kasar, Tak mencoba menggali makna Tak mencoba menutup luka Manusia saja, Yang tak pernah bisa dewasa. . . . Untuk manusia ya...

Setiap Itu Adalah Kamu

Setiap kata menyiratkan makna Setiap ujar meninggalkan rasa Dan setiap aksara tak mampu lagi kujadikan nama Jika yang kuhadapi itu adalah dirimu Setiap jejak menitipkan luka Setiap nada mengalunkan derita Dan setiap bait sajak selalu saja mengguratkan air mata Setiap kali yang kupandangi itu adalah tentangmu Ah, susah Aku kehabisan kata-kata Cobalah kau baca ini Kurasa kau akan mengerti -rawr

It's Dark

Gambar
I am tired of looking for you in the space you have disappeared I am feeling tone of longing but I see nothing since you just shadowing -rawr

Lara

Lara, Orang-orang begitu bangga mengagungkan namamu Atas sebuah pengakuan yang ingin ditunjukkan tentang dirinya Lara, Semua orang begitu senang menyematkan namamu Atas segala ciptaan oleh perpisahan tentang dirinya Lalu, Mereka egois. Merasa bahwa hanya merekalah yang pantas bersanding bersama lara Lalu, Mereka egois. Menuduh bahwa kepada yang meninggalkanlah yang paling sering memberikan luka -rawr

Tolonglah!

Aku benci melihat perpisahan Ada setitik rasa yang mendadak jatuh ketika menjumpainya Ada setitik asa yang mendesak runtuh ketika menemuinya Tolong, katakan padaku! Aku ini pengagum senja Harusnya tahu hakikat pertemuan dan perpisahan yang tak bisa dilawan Aku ini pengagum senja Harusnya tahu rasanya tertambat rindu oleh sebuah perpisahan Tolong, kuatkan diriku! Aku ini pengagum laut Harusnya tahu hakikat terjangan ombak pada batu karang Aku ini pengagum laut Harusnya tahu rasanya dihempas lalu ditinggal pergi dan meradang Tolonglah aku! Kali ini saja. -rawr
Gambar
"Hai, namamu siapa?" "Aksara" "Ah, sial" "Kenapa?" "Menarik sekali," "Yaaa, orang-orang menjadikanku agar bebas dari semua rasa bimbang dan kesalahpahaman." "Tidak semua orang bisa seperti itu kurasa," "Kau benar." . . . "Hati-hati jika bersamaku, Han." "Kenapa?" "Diriku tajam, mudah melukai." "Ah, kamu berlebihan." "Kau belum tahu, Han. Aku tidak semudah itu terucap dan dipahami." "Beruntung sekali ya Ra, orang-orang yang bisa menjadikanmu teman baik." "Kurasa kau harus mencobanya, Han."

Untuk Kedua Kalinya

Jika boleh kutapaki kembali jejak itu, Aku sungguh masih berdiri pada sudut pertanyaan Apa yang membuatmu pergi meninggalkan begitu saja? Aku sungguh masih berdiri pada beberapa kebimbangan Apa yang membuatmu lenyap hilang begitu saja? Bolehkah aku membawamu kembali? Menjelaskan beberapa serpihan waktu yang tak pernah aku pahami sebelumnya Bolehkah aku memanggilmu kembali? Menjelaskan beberapa serpihan waktu yang pernah kau renggut dariku sebelumnya Ketika kini kaupun kembali, Membawa begitu banyak harapan untuk menyatukan kembali serpihan itu Memanggil kembali jiwa yang pernah hilang bersama serpihan itu Jika harapan itu nyata, Katakanlah! Kumohon, Jelaskanlah! Jangan kau buat diriku menerka lalu berdiri pada sudut pertanyaan, Untuk kedua kalinya Jika harapan itu nyata, Ketahuilah, Aku tak akan pernah rapuh Untuk kedua kalinya -rawr

Teman Biasa

Ayahku pernah berkata, Jadilah teman yang biasa-biasa saja. Jika mereka membutuhkan, bantulah. Jika mereka mencari, datanglah. Jika mereka mendekat, sambutlah. Tak perlu kamu mengorbankan segalanya hanya untuk seorang teman. Tak perlu kamu menyakiti dirimu sendiri hanya untuk seorang teman. Karena teman tak semuanya mengerti. Karena teman tak semuanya memahami. Jadilah teman yang biasa-biasa saja. Tak usah mengemis perhatian dengan menyakiti hatimu sendiri. Tak usah menghempaskan air mata karena dikecewakannya. Teman tidak seperti itu. Manusia memang tempat mengecewakan. Ingat, Ada Allah yang selalu bersamamu. Bahkan ketika kamu lebih memikirkan mereka daripada Dia. -rawr

You Were the Ocean

Gambar
That's me Came with the wind Crashed the corals Warded the ashes Breathed in the verge of time You were the ocean Fetched me with sincerity No matter the time Since falling in love have been holding your soul -rawr

Belum Beranjak

Pada lorong-lorong waktu yang pernah kita ciptakan, Kucoba semampuku untuk tak mengingatnya kembali. Karena semakin sering aku melihatnya pada lorong itu, Semakin sering kudapati jejak kakiku menggariskan sebuah penderitaan. Yang mungkin selalu kuanggap baik-baik saja di setiap tapaknya. Orang-orang berkata, "Cobalah kau lihat lagi! Itulah penderitaanmu sebenarnya. Penderitaan atas apa yang seharusnya bisa kau lupakan. Namun, hasilnya nihil. Kau gagal. Kau masih di sana. Belum beranjak. Kalian sudah selesai. Kau yang belum." Kataku, Iya. Terima kasih, sudah mengingatkan; -rawr

Sebuah Penerimaan

Gambar
Di ujung penantian Di ambang kepastian Dan di sudut kerinduan Sebuah penerimaan kiranya menjadi satu-satunya hal yang membuat semua luka menjadi anugerah Sebuah penerimaan menjadi satu-satunya hal yang membuat semua rindu tak lagi menjadi sendu Di senja ini, ia memanggil lagi Mungkin tidak dengan ajakan kembali Juga tidak dengan ungkapan rasa dan asa lagi Tetapi dengan kalimat maaf Atas segala luka yang sempat tersemat Kalimat maaf atas segala rasa yang sempat terpahat Kalimat maaf atas air mata yang sempat terlihat Aku pun membalas, Atas semua pemberian yang sempat terpatri Atas semua rasa yang sempat menari Juga semua pilu yang sempat membiru Semua doa yang sempat berlabuh Dan untuk semua kalimat yang pernah menjadikanku seperti utuh Kuucapkan terima kasih Dengan ini, aku menerimamu kembali Mungkin tidak dengan kenangan yang sama Tidak juga dengan perjalanan yang sama Namun, untuk hati yang tak mati lagi Aku percaya, kau pun menerimaku kembali -raw...

Pernah

Gambar
Aku pernah menulismu di suatu senja Lalu aku baca lagi tentangmu di senja yang berbeda Lalu aku berpikir, Apakah kau... juga? -rawr