Dera yang Tak Pernah Jera

Kau tahu,
Aku tahu,
Kita tahu,
Akhirnya,

Kau temukan dirimu bersandar
Dalam rangkaian huruf yang telah aku ciptakan
Aku malu,
Kau tahu

Tanpa ada keinginan berbicara
Tanpa ada rasa untuk bersuara
Tuhan menjawab doaku
Untuk bercerita padamu
Lewat sajak yang masih terjebak
Dan rasa yang tak kunjung beranjak

Serpihan bintang yang sempat menusuk kalbuku perlahan runtuh,
Jatuh,
Luruh,
Hilang bersamaan dengan semua pengakuan yang kau tuturkan
Tak perlu lagi aku risau
Bimbang untuk berjalan maju
Takut untuk menghilang lalu merindu
Atau bertahan lalu merasa sendu

Ah, semuanya sudah selesai
Tak perlu menghilangkan rasa
Menghapus luka
Atau menjauhi duka
Katanya,
Nikmati saja
Ikhlaskan kita
Aku telah siap bertemu denganmu
Sebagai apapun dalam hidupku

Katanya,
"Teruslah bersajak,
Meski tak ada lagi aku di dalamnya"
Aku menggeleng,
Tersenyum,
Aku tidak pernah tahu, sajak mana yang akan menjadi rumah terakhirmu
Dan aku,
tidak pernah tahu
Kapan aku akan berhenti merindu

Jangan lagi kau bertanya,
Apakah aku masih merasa untukmu
Jawabannya akan selalu itu

Terima kasih,
Untuk segala kisah yang pernah kau sematkan untukku
Maafkan lagi,
Untuk segala rasa yang belum sempat menghilang untukmu
Aku menanti,
Untuk segala cerita yang akan semesta hadirkan tentangmu



(Jakarta, 2018)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Warna

Setiap Itu Adalah Kamu

Tanpa Suara